S2 Pendidikan Agama Islam Alma Ata – Hingga detik ini kita semua sepakat bahwa pemuda memegang peran penting bagi transformasi kehidupan masyarakat. Rasionalisasi atas pernyataan di atas didukung atas fakta bahwa pemuda mempunyai kekuatan baik secara fisik atau pikiran yang memadahi guna melakukan perubahan pada hampir semua dimensi kehidupan manusia. Jejak sejarah membuktikan bahwa banyak perubahan masif suatu sistem negara atau bangsa dilakukan oleh para pemuda dan salah satu contoh perubahan tersebut adalah “Sumpah Pemuda”.
Melalui sumpah pemuda yang didengungkan pada 28 Oktober 1928 tersebut, para pemuda pada zaman itu mempunyai instrument kuat untuk menanamkan spirit kebersamaaan dalam perbedaan yang tertuang dalam “janji suci” satu tanah air, saya bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia. Janji yang tercatat menjadi sumpah pemuda mampu menggerakkan seluruh potensi bangsa untuk bersatu menuju kemerdekaan 17 tahun berikutnya tepatnya pada 17 Agustus 1945.
Setelah berumur lebih dari 94 tahun, makna sumpah pemuda diuji pada konteks modernitas yang syarat dengan perubahan sosial yang begitu cepat. Modernitas yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi akan selalu menuntut implementasi makna sumpah pemuda pada konteks kekinian (era digitalisasi). Pengejawantaan sumpah pemuda harus dapat termaknai pada masa kini pada dimensi yang lebih luas dan komprehensif sehingga gaung suci harmoni dalam keragaman tersebut masih selaras pada era digital ini.
Cinta terhadap tanah air, bangsa dan bahasa perlu diwujudkan pada aktivitas nyata sesuai dengan peran dan tugas kita masing-masing secara proporsional. Sehingga makna janji tersebut bisa tersosialisasikan pada seluruh komponen bangsa secara berkesinambungan. Generasi melenial sebagai pemuda yang tidak bisa lepas dengan gadget tentu “wajib” menguasi teknologi sebagai syarat mutlak untuk membantu memajukan kehidupan bangsa Indonesia. Melek teknologi adalah syarat yang tidak bisa ditawar jika kita ingin memajukan bangsa sebagai indikator kita mencintai bangsa dan tanah air Indonesia.
Selanjutnya, penguasaan teknologi tentu harus dipergunakan bagi daya ungkit aktivitas sesuai pekerjaannya, penawaran produk pada public, sharing hasil penelitian, upload ide kreatif merupakan beberapa contoh jenis aktivitas yang bisa dilakukan sebagai bukti kecintaan kepada Indonesia. Sebaliknya, penguasaan teknologi jangan digunakan pada aktivitas destruktif yang bisa menghambat kemajuan individu dan bangsa. Interaksi sosial yang secara kasat mata mengalami perubahan jangan dijadikan legitimasi pemuda sebagai generasi melinial menjadi apatis dan kehilangan kepekaan pada kondisi sosial masyarakat sekitar.
Pada sisi lain, informasi yang disampaikan di media perlu dicari kebenaran referensinya sehingga tidak mudah terpengaruh berita hoaks yang memprovasi, maka generasi melenial perlu mengimbangi dengan literasi yang selaras untuk mengembangkan horison dan perspektif dalam cara berpikirnya mengolah informasi media sosial. Jutaan tantangan yang menghadang sebagaimana dipaparkan di atas, tentu dapat diatasi dengan gampang manakala roh sumpah pemuda tetap terpaktri di dada kita sebagai orang yang hidup di era digital ini. Semoga………….