Pelayanan kesehatan dan gerakan masyarakat hidup sehat perlu dilakukan modifikasi program dalam pelaksanaannya untuk mengurangi risiko double burden malnutrition, pada masa pandemi seperti ini diperlukan upaya yang efisien dan efektif untuk mengurangi paparan risiko dari penyakit sehingga pada masa era disruptif ini perlu adanya telemedicine atau era digitalisasi sebagai salah satu solusi yang sangat mendukung di era pandemi seperti ini.
Yogyakarta – Telah berlangsung Webinar Nasional Seri 1 yang diselenggarakan oleh mahasiswa Alma Ata Graduate School of Public Health. Webinar ini mengusung tema “Kebijakan Dan Tantangan Sistem Pelayanan Kesehatan Dalam Mengurangi Risiko Double Burden Malnutrition di Masa Pandemi Covid-19” dengan mengundang narasumber ahli di bidangnya. Webinar ini diselenggarakan pada hari Sabtu, 19 Desember 2020 yang berlangsung pada pukul 13.00 – 16.30 WIB yang terdiri dari 2 sesi diskusi dan diikuti para peserta melalui platform zoom dan youtube live streaming yang terbuka untuk diakses oleh siapa saja.
Ketua Alma Ata Graduate School of Public Health, Prof. dr. H. Hamam Hadi, MS, Sc.D, Sp.GK dan selaku Learning Officer Foundational Principle of Public Health dr. Aqsha Azhari Nur, MPH membuka webinar nasional tersebut dengan dihadiri oleh kurang lebih 300 peserta dari berbagai instansi dan berbagai daerah.
Keynote speech pertama disampaikan oleh dr. Monika Saraswati Stipeu, M.Sc selaku Kepala Subdit Puskesmas – Kementrian Kesehatan RI menyampaikan materi terkait “Manajemen pelayanan kesehatan dalam mengurangi risiko double burden malnutrition di masa pandemi Covid-19”. Pelayanan kesehatan (Puskesmas) sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama mengutamakan promotif dan preventif di wilayahnya. Pada masa pandemi ini, diperlukan penyesuaian-penyesuaian dalam pemberian pelayanan kesehatan agar masyarakat tetap mendapatkan akses pelayanan kesehatan dasar ditengah pembatasan-pembatasan untuk meminimalisir transmisi covid. Pandemi Covid-19 berpotensi memberikan dampak double burden malnutrition sehingga pelayanan gizi sebagai bagian dari UKM esensial harus tetap terlaksana pada masa pandemi ini. Pelayanan kesehatan perlu melakukan modifikasi/inovasi serta penerapan PPI dan mematuhi protokol kesehatan. Selain itu, penanganan stunting sebagai prioritas nasional dilakukan dengan keterlibatan lintas program dan sektor.
Keynote speech kedua disampaikan oleh M. Agus Priyanto, SKM, M.Kes selaku Kasie Promosi Kesehatan dan Penyehatan Lingkungan – Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyampaikan materi terkait “Strategi dan upaya promosi kesehatan gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) di masa pandemi Covid-19”. Beliau memaparkan salah satu strategi kebijakan pembangunan Indonesia ialah percepatan dan perbaikan gizi masyarakat serta penguatan GERMAS. Kebijakan GERMAS menyesuaikan dan mempertimbangan kondisi saat ini, sehingga kegiatan penggerakan masyarakat tidak harus dilakukan secara tatap muka (langsung) tetapi bisa menggunakan berbagai saluran media yang ada. Intinya adalah mengajak masyarakat untuk hidup sehat. Dinkes DIY telah menerapkan protokol posyandu masa adaptasi kebiasaan baru dan melibatkan berbagai sektor di zona hijau/kuning. Tahun 2021 mendatang posyandu akan dilaksanakan online dengan electronic book KIA (dashboard) sehingga terupload dan terintegrasi dengan sistem pelaporan yang sudah ada dan menjadi dashboard kebijakan. Strategi GERMAS di masa pandemi Covid-19 ialah membangun kekuatan kelurahan melawan Covid-19, misi “menghijaukan” zonasi kelurahan, menggerakkan upaya pengendalian transmisi berbasis komunitas, membina keamanan, ketentraman sosial kemasyarakatan, melindungi pelayanan masyarakat (ekonomi, kesehatan, sosial, dll).
Pada sesi pertama, ada 3 narasumber yaitu Sigit Nugroho, S.Gz selaku Alma Ata Center for Global Health, menyampaikan bahwa Pelayanan kesehatan primer sedang menurun, terutama pada pelayanan yg berhubungan dengan gizi, menuruntnya hal tersebut dapat meningkatkan risiko double burden malnutrition meningkat. Oleh karena itu beliau mengajak para penggiat Kesehatan Masyarakat untuk lebih beperan aktif. “Kita dari unsur Kesehatan Masyarakat harus bisa meningkatkan pelayan kesehatan di skala primer dan juga berperan aktif di masyarakat untuk mencegah terjadinya kemungkinan meningkatknya kejadian double burden malnutrition”. Kedua, Ns. Isman Susanto, S. Kep selaku Lecturer of Nurses, menyampaikan bahwa di masa Pandemi Covid-19, kasus obesitas berpeluang untuk mengalami peningkatan. Upaya-upaya promotif perlu menjadi perhatian khusus dalam rangka menekan angka obesitas di masa Pandemi. Penguatan media sosial dan kolaborasi dengan influencer menjadi peluang sekaligus tantangan untuk dapat di maksimal kan menjadi bagian dari upaya promotif pola makan sehat. Pemerintah perlu mengkaji dan menguatkan peran media sosial dan keterlibatan influencer sebagai bagian dari metode upaya promotif yg inovatif dan menyasar kaum milenial dan Siska Ariftiyana, S.Gz selaku Editor of Indonesian Journal of Nutrition and Dietetic, pada pemaparannya beliau menyampaikan bahwa pelayanan kesehatan mengalami penurunan sebesar 19,2% di masa pandemi covid-19. Yang memungkinkan akan menjadi faktor pendorong meningkatnya kejadian stunting. Selain itu, di nonaktifkannya posyandu dapat menurunkan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Siska menyampaikan bahwa perlu adanya inovasi terkait dengan pelayanan dasar tersebut. Sejatinya pemerintah sedang berusaha memberikan inovasi yang baik bagi pelayanan kesehatan ibu dan anak. Akan tetapi Siska menyarankan, inovasi tersebut harus langsung merujuk pada subjek ibu dan anak, seperti penambahan konsultasi secara online dengan menggunakan aplikasi smartphone, dan lain sebagainya. Pada perjalanannya, Universitas Alma Ata bersama BKKBN saat ini sedang dalam proses pembuatan inovasi suveilan ibu dan anak, aplikasi tersebut bernama MOKIA. Pengembangan MOKIA ini ditargetkan untuk dapat menjadi alat Monitoring Kesehatan Ibu dan Anak berskala Nasional.
Acara Webinar Nasional ini berakhir dengan antusias yang besar oleh peserta melalui pertanyaan yang diberikan melalui kolom chat. Kesimpulan dari closing statement seluruh narasumber dan keynote speaker yaitu pelayanan kesehatan dan gerakan masyarakat hidup sehat perlu dilakukan modifikasi program dalam pelaksanaannya untuk mengurangi risiko double burden malnutrition, pada masa pandemi seperti ini diperlukan upaya yang efisien dan efektif untuk mengurangi paparan risiko dari penyakit sehingga pada masa era disruptif ini perlu adanya telemedicine atau era digitalisasi sebagai salah satu solusi yang sangat mendukung di era pandemi seperti ini.